Rabu, 22 September 2010

BIAYA PEMBUATAN BAGLOG (1)

Posting ini hanya berdasarkan pengetahuan dari pengalaman kami yang sangat sedikit, jika memang di tempat lain terdapat perbedaan, mohon untuk disesuaikan saja. Bukan bermaksud menyudutkan petani/produsen baglog. Untuk apa..? Kami juga produsen baglog, tetapi kami tidak menjual baglog karena bagi kami lebih menguntungkan baglog hasil produksi kami dibuahkan dan yang dijual jamurnya.. bukan baglognya.
Hitungan yang akan kami sampaikan ini pun hanya menjadi salah satu referensi saja, semua harus disesuaikan dengan harga di masing-masing daerah. Ini hanya untuk memberikan gambaran berapa biaya produksi untuk membuat baglog.
Harga baglog bisa dibagi menjadi analisa bahan utama, bahan pendukung, dan tenaga kerja. Semuanya terintegrasi menjadi biaya satuan yang menghasilkan harga pokok produksi. Harga pokok produksi ini sangat tergantung volume atau banyaknya baglog yang akan diusahakan, karena tentunya semakin banyak, bisa merupakan produksi massal yang umumnya lebih murah biaya per satuan baglognya dibandingkan produksi yang lebih sedikit.
Sebagai referensi, berikut analisa biaya untuk baglog ukuran diameter 11cm tinggi 25cm yang memiliki berat rata-rata 1,5 kg:
Analisa bahan pendukung :
1. Plastik baglog
Plastik baglog yang digunakan bisa menggunakan plastik roll ukuran 0.05x18 yang dipotong per 35cm. Berarti untuk satu roll panjang 100m bisa menghasilkan 280 buah. Plastik kemudian di seal di salah satu ujungnya.
Biaya: Harga plastik per roll sekitar Rp.50.000,- Jadi biaya per peace plastik adalah Rp.50.000/280 yaitu Rp. 178,57- Jika dimasukkan biaya tenaga kerja untuk seal, Biaya bisa dibulatkan menjadi Rp.200/plastik.
Untuk mempermurah biaya plastik, bisa juga dengan memesan plastik baglog yang sudah jadi di pabrik. Menurut pengalaman kami, harga plastik pabrikasi yang sudah jadi ter seal, tinggal digunakan saja (diisi serbuk gergaji) harganya Rp.27.000,- /kg. Plastik tersebut jika dihitung sejumlah kurang lebih 190buah/kg. Berarti biayanya = Rp.27.000/190 = Rp. 142,- /plastik baglog (lebih efektif dan lebih murah)
2. Cincin baglog. Harga rata-rata = Rp.75 /buah
Bahan utama:
1. Serbuk gergaji.
Idealnya karena budidaya jamur adalah pemanfaatan limbah serbuk gergaji dari pemotongan kayu, seharusnya serbuk gergaji bisa gratis.. Tapi sekarang karena banyaknya pebudidaya, serbuk gergaji menjadi memiliki nilai ekonomis. Kemudian berapa harga keekonomisannya..? Pengalaman kami, lebih fair jika serbuk gergaji dibeli dengan ukuran kubikasi. Untuk wilayah kami, harga serbuk gerjadi rata-rata Rp.60.000 hingga Rp.70.000 per m3 nya. Menurut pengalaman kami, per m3 bisa menghasilkan rata-rata 280baglog hingga 300baglog, tergantung ukuran partikelnya. Serbuk gergaji yang lebih halus dapat menghasilkan baglog lebih banyak. Jika dihitung, paling mahal biaya satuan untuk serbuk gergaji adalah Rp.70.000/280 = Rp.250 /baglog.
2. Kapur
Kapur biasanya kami tambahkan dengan mencampurkannya ketika menimbun serbuk gergaji. Kebutuhannya sedikit. Per m3 serbuk gergaji hanya dibutuhkan sekitar 2,5kg an. Biayanya sekitar Rp.5000 /m3. Jika per m3 bisa menghasilkan 280 baglog, biaya kapur = Rp.18,-. Ditambah tenaga kerja maksimal Rp.20,-
3. Bekatul
Untuk nutrisi rata-rata, dibutuhkan 100gram per baglognya. Jika harga bekatul Rp.1800/kg, biaya per baglog adalah = Rp.180.
4. Tepung jagung.
Nutrisi ini bersifat optional. jika ditambahkan, maksimal 30gram per baglog. Jika harga tepung jagung Rp.4000/kg, biaya menjadi Rp.120 /baglog.
5. Bibit jamur F2.
Di sini biayanya sangat krusial. Tujuan kami memberikan posting pembuatan bibit F0 F1 F2 adalah agar rekan-rekan juga bisa membuat bibit sendiri. Jika dengan membeli, harga bibit F2 per botol rata-rata Rp.7000 untuk diinokulasikan ke sekitar 30 baglog. Jadi beban biayanya= Rp.233,- per baglog. Untuk merata-rata, kami naikkan di kisaran Rp.250,- per baglog. Jika mampu membuat sendiri, maka biayanya bisa dihemat hingga tinggal Rp.75,- per baglog.
6. Bahan-bahan tambahan
Seperti kalsium, gula, air. Karena penggunaannya sedikit. Langsung kami lumpsum kan aja di kisaran Rp.100 /baglog. Ini sudah biaya maksimal.
Sampai disini kita sudah mendapatkan dua sub biaya jika keterangan tadi ditotal:
Sub biaya bahan pendukung maksimal = Rp.275 /baglog
Sub biaya bahan utama = Rp. 970 /baglog
TOTAL = Rp. 1195 /baglog.

Beban biaya itu bisa diiritkan lagi menjadi sekitar Rp.900 /baglog jika bibit membuat sendiri dan tidak memakai tepung jagung dalam campuran baglog.
Nah, yang belum dimasukkan adalah biaya yang cukup krusial dan penting yaitu biaya sterilisasi dan biaya tenaga kerja. Untuk itu bersambung di posting selanjutnya.

BIAYA PEMBUATAN BAGLOG (2)

Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja biasanya kami bagi menjadi pencampuran media, pengemasan baglog dan yang kedua adalah biaya inokulasi.
Untuk pembuatan, pengemasan baglog spesifikasi kerja meliputi:
- Pencampuran serbuk gergaji dengan bekatul, pengayakan, penambahan kadar air
- Pengisian campuran tadi ke dalam plastik baglog
- Pemadatan lalu diberi cincin.
Untuk spesifikasi kerja itu rata-rata satu tenaga kerja bisa menghasilkan 100 baglog untuk jam kerja normal yaitu 7 jam. Jika gaji per orang per hari Rp.30.000,- Maka biayanya = Rp.300 /baglog. Jika proses ini bisa secara mekanis menggunakan mesin misalnya untuk pencampuran memakai mixer dan pemadatan memakai mesin, maka pembuatan baglog bisa lebih banyak, mencapai 4x lipatnya. Jadi biaya pencampuran, pengemasan baglog bisa tinggal Rp. 75,- per baglog.
Untuk inokulasi, pada jam kerja normal (7 jam), satu orang tenaga kerja mampu menginokulasikan sekitar rata-rata 250 baglog. Jadi jika gajinya Rp.30.000,- per hari, biaya tenaga kerja= Rp. 120,- per baglog.
Sub total untuk biaya tenaga kerja adalah Rp. 420,- per baglog jika dikerjakan secara manual. Jika pekerja sudah benar-benar trampil, hasil bisa lebih banyak, jadi biaya per baglog bisa di efisienkan lagi hingga Rp.300,- per baglog.
Biaya Sterilisasi
Untuk sterilisasi media, beban biayanya sangat variatif dan tergantung volume baglog yang akan diproduksi. Seringkali pebudidaya mengkreasi sendiri sistem sterilisasinya agar biaya yang dikeluarkan bisa seefisien mungkin.
Berikut sedikit gambaran perbedaannya:
Sterilisasi menggunakan drum (maksimal 60 baglog /drum)
Jika satu kali proses memakai 4 drum dan menggunakan kompor gas/minyak untuk sterilisasi langsung, maka biayanya sangat tinggi. Maka dari itu sistem ini sudah sangat ditinggalkan. Jika menggunakan gas, maka diperlukan setidaknya 2 tabung LPG 12kg. Biaya menjadi Rp.150.000 untuk 240 baglog. Jadi per baglognya = Rp.625,-. Ini terlalu tinggi.
Ada yang menggunakan boiler, lalu uapnya dialirkan ke drum tadi. Dengan tenaga uap boiler ini mampu untuk di paralel ke 5 drum. Konsumsi gas hanya 1 tabung LPG 12kg, jadi biayanya Rp. 75.000,- untuk 300 baglog atau Rp.250,- per balgog.
Jika proses tadi menggunakan kayu bakar, maka memang bisa murah. Untuk sterilisasi 300 baglog hanya membutuhkan kurang dari 1m3 kayu bakar (beli per pikup seharga Rp.75.000 an). Jadi biaya rata-rata Rp. 250,- per baglog.
Sterilisasi menggunakan steamer beton (kapasitas 1000 baglog)
Keuntungan steamer beton adalah efektif dalam tempat dan pemanasan. Steamer masih mampu menjaga panas uap hingga 10 jam. Pengalaman kami, jika sudah mencapai suhu 100 derajat C, dan kompor kami matikan. Suhu itu masih bertahan 2 jam. Lalu setelah 10jam, masih di kisaran 80 derajat C.
Untuk steamer kapasitas 1000 baglog, diperlukan boiler kapasitas 200 liter. Konsumsi energi yang diperlukan kurang lebih 2 tabung gas LPG 12kg. Jadi biayanya Rp.150.000,- untuk 1000 baglog atau Rp.150,- per baglognya.
KESIMPULAN
Jika seluruh biaya direkapitulasi:
Biaya bahan pendukung dan bahan utama : Rp.1000 /baglog
Biaya tenaga kerja : Rp.420,-
Biaya steriliassi : Rp.250,-
Jadi total biaya = Rp. 1670,- per baglog

Jika untuk produksi massal dan mampu membuat bibit sendiri:
Biaya bahan pendukung dan bahan utama: Rp.900,-
Biaya tenaga kerja : Rp.200,-
Biaya sterilisasi : Rp.150,-
Jadi total biaya = Rp.1250,- per baglog bahkan lebih rendah lagi
Beban biaya ini masih bersifat variatif sekali tergantung masing-masing daerah dan kemampuan pebudidaya untuk melakukan inovasi yang bisa mengurangi biaya produksi.

KORELASI ANTARA STERILISASI DAN PEMBERIAN NUTRISI BAIK PADA BIBIT JAMUR MAUPUN PADA BAGLOG

Pada posting sebelumnya sudah dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas baglog jamur tiram putih. Salah satu faktornya adalah kadar nutrisi yang diberikan dalam hal ini jumlah bekatul.
Dalam beberapa referensi yang telah diberikan sebelumnya, kadar nutrisi bekatul berkisar antara 10%-15%. Tetapi ada juga yang memberikan hingga 20%.

Sebenarnya apa pengaruh pemberian kadar nutrisi ini pada baglog dan bagaimana resikonya..?
Sebelum membahas ini, perlu diberikan beberapa keterangan sebagai berikut:
Nutrisi pada baglog adalah campuran kandungan yang mengandung kadar selulosa yang diperlukan oleh perkembangan miselia pada awalnya. Dengan demikian yang termasuk kandungan nutrisi adalah jika kita menambahkan zat-zat berikut pada campuran baglog :
1. Bekatul
2. Tepung jagung
3. Tepung ketela
4. Gula
5. Tepung kedelai
6. dan sebagainya yaa..
 
Nah.. pada umumnya yang sering dipakai adalah bekatul, tepung jagung, dan gula karena mudah didapatkan dan harganya relatif ekonomis.
Dari bermacam nutrisi tersebut, perlu diperhatikan adlah tingkat kekuatan dari nutrisi, kalau harus diberikan peringkat urutannya adalah gula, tepung jagung, bekatul, tepung ketela, tepung kedelai. Tingkat kekuatan ini perpengaruh dalam pemberian kadarnya.
Sebagai contoh, jika kita berniat memberikan kadar nutrisi 10%, maka yang harus diberikan sebaiknya sebagai berikut :
3% tepung jagung 7% bekatul
atau
1% gula 9% bekatul
Jika kita berencana memberikan kadar nutrisi hingga 15%, maka yang harus diberikan sebaiknya adalah sebagai berikut:
5% tepung jagung 10% bekatul
atau
2% gula 13% bekatul
 
Jadi kesimpulannya pemberian nutrisi adalah akumulasi/jumlah dari nutrisi yang ada bukan sendiri-sendiri. Trus bagaimana dengan pemberian nutrisi hingga 20% dan apa pengaruhnya..? Apakah bisa memberikan hasil jamur lebih..?
 
Dari referensi FAO disebutkan :
 
"Untuk daerah tertentu yang ber hawa dingin, memang memungkinkan untuk memberikan nutrisi hingga 20%, tetapi untuk daerah yang memiliki hawa panas, pemberian nutrisi yang banyak akan beresiko lebih". Sepanjang pengamatan dan pengalaman kami, justru kunci dari pemberian nutrisi ini adalah pada proses sterilisasi media. Jika dalam proses sterilisasi dapat mencapai suhu media 100 derajat C atau lebih dan dipertahankan hingga 4 jam (yakin matang), maka pemberian nutrisi yang banyak masih memungkinkan untuk dilakukan. Tetapi jika proses sterilisasi hanya berdasarkan perasaan (tidak ada termometer untuk mengukur suhu media) maka sebaiknya jangan memberikan nutrisi lebih dari 15%, sebaiknya hanya sekitar 10%-12% saja. Resiko pemberian nutrisi banyak jika proses sterilisasi kurang matang tampak pada gampangnya terjadi kontaminasi. Pada pemberian jagung, kontaminasi ini akan tampak langsung yaitu warna hijau yang melebar dengan cepat pada sisi jagungnya. Oleh sebab ini kami sendiri jarang memberikan tepung jagung pada campuran baglog. Untuk kami maksimal kami beri 17% bekatul dan 2% gula tanpa jagung.
 
Pada pembuatan bibit F2, korelasi pemberian kadar nutrisi dengan sterilisasi ini juga tampak. Jika nutrisi yang diberikan perbandingannya 1 jagung 2 bekatul 9 serbuk gergaji, autoclaf cukup di setting pada 1,5BAR selama 45 menit. Tetapi jika menggunakan perbandingan 1 jagung 2 bekatul 3 serbuk gergaji, autoclaf harus di setting pada 2,5BAR selama kurang lebih 70 menit, jika tidak, banyak terjadi kontaminasi.
Bagaimana pengamatan langsung bahwa baglog atau bibit itu cukup matang pada proses sterilisasinya..?
Jika benar-benar matang, pertumbuhan miselium akan teramati dengan cepat dan putih baik.
Jika kurang matang, pertumbuhan miselium agak lambat, kurang merata, blank, dan kurang putih atau hanya semu coklat saja.. walau akhirnya memutih.

MENCERMATI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS BAGLOG JAMUR TIRAM.

Selalu saja yang menjadi pertanyaan, berapa kg jamur yang dapat dipanen dalam satu baglog jamur tiram putih?
Pertanyaan ini sulit untuk dijawab dengan pasti, karena banyak faktor yang mempengaruhi kualitas dari baglog jamur tiram putih. Kualitas baglog dalam hal ini adalah kuantitas jamur yang dapat dipanen dari baglog itu.
Sepanjang pengetahuan kami, ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain:

1. Kadar atau nutrisi baglog
Banyak sekali referensi mengenai kandungan nutrisi yang dicampurkan dalam serbuk gergaji. Yang sering kami gunakan adalah :
100 kg serbuk gergaji
10kg - 20kg bekatul
1kg calsium carbonate
1kg gula

Penggunaan nutrisi ini juga masih bisa dimodifikasi dengan menggunakan tepung jagung, kedelai, singkong, dan sebagainya.
Mengenai jumlah prosentasenya juga beragam. Tetapi memang menurut FAO jumlah kadar 20% adalah kadar maksimal tetapi beresiko tinggi terhadap kontaminasi jika proses sterilisasinya kurang panas.

Fungsi bekatul / tepung jagung yang kami amati adalah untuk pertumbuhan miselium awalnya. Jika kualitas bekatul baik (kandungan beras berbanding sekam tinggi) tampak miselium putih sempurna dan memanjang dengan cepat.
Jika kandungan nutrisi kurang atau kualitas nutrisi tidak baik, pertumbuhan miselium cenderung lambat, dan tidak putih sempurna (walau akhirnya putih juga sih..). Kami sendiri pernah mengalami pengalaman buruk, ketika membeli bekatul tidak memeriksa dulu, ternyata kualitasnya jelek, kandungan sekamnya tinggi beras sedikit, akhirnya kualitas baglog pun jadi jelek, miselium tumbuh lambat, bahkan banyak yang mati..
lha gimana nggak.. akhirnya kandungan cuma serbuk gergaji dan sekam karena kadar berasnya dikit..
Nah.. pertumbuhan miselium yang baik akan berpengaruh terhadap produksi jamur nantinya..

2. Kualitas bibit (F2)
Untuk menyamakan persepsi kami menyebut PDA dengan F0, kemudian turunannya pada media jagung adalah F1, kemudian turunannya dengan media gergajian adalah F2.
Campuran F2 yang biasa kami gunakan adalah perbandingan 1 jagung 2 bekatul 3 gergajian. Bekatul yang kami gunakan pun yang harga tinggi (kandungan beras tinggi harga 2200 /kg).
Dalam pembuatan bibit, kami bilang kalau dengan media jagung, itu berarti media "murni" jika sudah ada gergajian, maka itu adalah media campuran.
Penggunaan jagung inilah yang memacu pertumbuhan miselium dengan cepat. Ini tampak jika kita memainkan kadar jagung. Pertumbuhan miselium teramati cepatnya pada kadar ini..
Kualitas bibit F2 yang ditanamkan ke baglog akan teramati jika baik, maka akan cepat memutih, selanjutnya pertumbuhan miselium pun akan cepat

3. Jenis serbuk kayu yang digunakan
Untuk budidaya, bisa menggunakan kayu sengon laut, mahoni, mindi, kayu nangka, kayu kembang, kayu albasiah, kayu meranti dan sebagainya. POKONYA BUKAN KAYU CEMARA, DAMAR, PINUS.
Nah.. pemilihan jenis kayu ini pengaruhnya pada berat jenisnya. Disarankan menggunakan kayu yang tidak mudah lapuk (kayu randu bisa digunakan tapi mudah lapuk, akhirnya jamur yang dihasilkan sedikit).
Jenis kayu yang lebih keras tentunya akan menghasilkan jamur lebih banyak. Tetapi di sini sulitnya, pebudidaya tidak selalu mendapatkan jenis serbuk gergaji yang homogen, seringnya campuran.

Ini pengalaman aja yaa..:
  • Ketika menggunakan kayu sengon laut, kami pernah mendapat 390gram /baglog untuk ukuran baglog rata-rata 1,4 kg an.
  • Ketika menggunakan kayu mahoni, kami pernah mendapat 450gram /baglog untuk ukuran balgog rata-rata 1,4kg an juga.

Padahal kualitas campuran nutrisi sama percis.., akhirnya kami berkesimpulan, tidak bisa menjastifikasi kualitas baglog dari satu faktor saja.. faktor pemilihan jenis serbuk gergajian kayu yang digunakan juga berpengaruh besar..

4. Kadar air dalam baglog
Kandungan kadar air dalam baglog menurut teori adalah 65%-75%. Pengukuran kadar air ini sulit dilakukan, biasanya hanyalah berdasarkan perasaan atau pengalaman saja. Indikasinya jika digenggam menggumpal tetapi tidak terlalu basah, itulah kadar air optimalnya.. lha tapi sulit sekali menganalisa kalau hanya berdasarkan ini..
Kadar air dalam baglog ini sangat berpengaruh dalam pertumbuhan jamur tiram nantinya. Jika kadar air kurang, maka pertumbuhan jamur tiram tidak akan bisa optimal.
Tetapi jika kadar air berlebih, baglog akan cepat membusuk, bahkan timbul ulat. Bahkan lagi bisa menghambat pertumbuhan miselia.
Jadi kadar air harus pas dan optimal. TErkadang untuk mengejar bobot, kadar air ditambah, ini juga malah tidak baik bagi kualitas baglog itu sendiri.

5. Berat baglog atau volume baglog
Produksi jamur tiram nantinya akan tergantung pada kuantitas/volume serbuk gergaji dalam baglog. Karena jamur adalah saprofit yang memakan sisa tumbuhan yang telah mati. Jadi semakin banyak volume atau bobot serbuk gergaji yang ada di dalam baglog, semakin banyak pula kemungkinan jamur yang dapat dipanen nantinya. Hal ini berhubungan langsung dengan BER (biological efficiency ratio) nya. Itulah sebabnya jika menggunakan plastik 18x35, untuk mengejar volume yang banyak, akhirnya diperlukan mesin atau alat pemadat, agar jumlah serbuk gergaji dapat tertampung lebih banyak.
Jika tidak, memang disarankan menggunakan plastik yang lebih besar, hingga bobot dan volume baglog bisa lebih banyak..
Artinya.., InsyaALLAH jika biaya yang dikeluarkan sama, menggunakan kadar bekatul 12% pada serbuk gergaji yang dimasukkan ke dalam baglog besar ukuran 2kg, hasilnya lebih banyak dibandingkan menggunakan kadar bekatul 20% tetapi pada baglog ukuran 1,5kg saja.
Kadar bekatul nantinya hanya berpengaruh pada pertumbuhan miselium, tetapi pada pertumbuhan jamur, volume dan bobot serbuk gergaji yang mempengaruhi.

6. Perawatan baglog pada masa produksi
Kalau ini kami sarankan membaca-baca artikel kami tentang tatacara perawatan baglog jamur tiram putih.
Perawatan/care yang diberikan petani pada kumbungnya, pada baglog jamurnya sangat berpengaruh pada kuantitas hasil panen jamur. Perawatan yang optimal, mengawasi, membersihakan, mengatur sirkulasi, tentunya akan menghasilkan jamur lebih daripada yang hanya sekedar ditaruh saja dan mengharapkan hasil panen yang optimal..

Selasa, 21 September 2010

Bagi Hasil dalam Bisnis Jamur.

Penjelasan sederhana ini sekaligus menjawab pertanyaan bagaimana sebenarnya pantesnya melakukan bagi hasil dalam bisnis budidaya jamur tiram putih.
Sebenarnya agak sulit menjawab ini, karena semua tergantung bagaimana kesepakatan yang dibuat oleh investor selaku pemilik modal dan petani jamur, dan tentunya sumber daya yang dimiliki oleh keduanya.

Jika memang sang investor memiliki dana, sedang sang petani memiliki lahan, kumbung, dan mengusahakan perawatan, maka pantaslah jika pembagian hasil dilakukan dengan merata yaitu 50:50. Artinya disini investor membeli baglog yang akan diisikan di kumbung petani, lalu petani merawatnya, lalu hasil penjualan jamur tiram dibagi dua. Ini berlaku jika penjualan jamur juga diusahakan bersama-sama.

Jika investor mengusahakan dana, lalu petani menyediakan lahan, kumbung, perawatan, dan penjualan sekaligus, bisa saja dengan menghitung hasil bersih dari penjualan jamur dikurangi modal baglog, lalu keuntungan bersih itu dibagi dengan 60% untuk petani, dan 40% untuk investor.
Semua ini sekali lagi tergantung kebijakan, dan kesepakatan masing-masing. Namun bagaimana kira-kira simulasi hasil yang diterima yaa...??

Sistem bagi hasil keuntungan ini bisa diterapkan dan layak untuk diusahakan jika skala bisnis yang akan dijalankan diatas 5000 baglog. Jika dibawah itu, tingkat keuntungan yang didapat mungkin terlampau kecil. Selain itu juga, diharapkan jaringan pemasaran jamur tiram putih yang akan dikelola sudah terbentuk, baik itu dengan sistem plasma, atau memang investor dan petani telah memiliki jaringan pemasaran sendiri.

Simulasi sederhananya sebagai berikut :

Katakan baglog yang akan dikelola sejumlah 5000 baglog.
Katakan harga baglog Rp.1800/baglog
ditambah biaya transportasi dan penataan dalam kumbung dan sekaligus biaya pembongkaran baglog di akhir musim produksi menjadi Rp.2100/bag

Jadi modal total adalah Rp. 10.500.000,-

Target panen jamur tiram putih 0,4kg /baglog jadi 0,4 x 5000 = 2000 kg.
Harga jual jamur dasar di tingkatan petani rata-rata Rp.7000 (tanpa menghitung transport, pengemasan, dll)
Jadi hasil total adalah = 2000 x Rp.7000 = Rp. 14.000.000,-

Keuntungan kotor sebelum dibagi hasil adalah

Rp.14.000.000 - Rp.10.500.000 = Rp. 3.500.000,-

Keuntungan ini akan didapat dalam 4 bulan masa produksi.
Jadi simulasi bagi hasilnya jika 60:40 adalah
Bagi investor bagi hasilnya adalah 40% dari Rp.3.500.000 yaitu Rp.1.400.000,- Jika dibuat prosentasenya menjadi : Rp.1.400.000/Rp.10.500.000 = 13,3%
Atau jika dibagi 4 bulan menjadi 3,33% per bulannya..

Jadi dengan modal Rp.10.500.000, keuntungan per bulannya kira-kira Rp.350.000 an..

Hasil yang lumayan bukan..? Dari pada uang diem di bank.., bahkan ini jelas hasil yang lebih halal dan banyak daripada didepositokan di bank..

Bagi petani wajar jika hak nya lebih banyak, yaitu 60%, karena memiliki kumbung dan juga melakukan perawatan terhadap baglog. Pekerjaan petani disini antara lain adalah, menjaga kebersihan kumbung, mengatur kelembaban dengan memantaunya, melakukan penyiraman. Setiap harinya petani juga melakukan proses pemanenan dan perawatan terhadap jamur hasil panen hingga siap dalam keadaan bersih tanpa tangkai/bonggol.

Bagi petani, hasilnya adalah 60% dari Rp.3.500.000 yaitu Rp.2.100.000. Jadi jika dibagi empat bulan, petani menerima gaji sebesar Rp.525.000/bulannya.

Mari kita analisa sedikit kerja petani ini.., sebenarnya berapa jam kah kerja efektifnya dalam satu hari dengan merawat 5000baglog itu..???
Ini berdasarkan pengalaman kami sendiri.

Jika hasil 2000kg dalam 4 bulan itu dibuat rata, artinya per harinya panen sebanyak kurang lebih 16kg. (Maaf simulasi ini kami buat rata saja agar mudah dipahami, sebenarnya, fluktuasi panen tidak merata, pada 2 bulan awal panen banyak, lalu turun pada 2 bulan berikutnya). Pekerjaan panen 16 kg itu hanya memakan waktu sekitar 30menit saja, lalu proses pengguntingan dan pembersihan tangkai, sekitar 45 menit. Total semuanya hanya 75 menit, atau maksimal 90 menit saja.

Untuk kumbung kapasitas 5000 baglog itu besarnya kira-kira 6x12 m2. Pekerjaan menyapu, menyiram, paling lama memakan waktu sekitar 90 menit juga. Jadi dalam merawat jamur dengan kapasitas 5000baglog, paling lama pekerjaannya adalah 3 jam per hari. Selanjutnya petani juga bisa melakukan pekerjaan lainnya di hari itu.
Simulasi ini bisa juga dibuat linier, jadi kira-kira jika kapasitas 10.000 baglog, hasilnya bisa langsung dikalikan 2.

Catatan :
Perhitungan bisnis sederhana tersebut berlaku apabila dengan sistem bagi hasil..
Bagaimana jika investor melakukan pembangunan kumbung lalu menggaji petani..?? InsyaALLAH coba kami jelaskan pada posting selanjutnya..

Berbisnis Jamur Tiram, KENAPA??? 

Posting sebelumnya membahas sistem bagi hasil dalam menjalankan usaha jamur tiram putih. Selanjutnya jika skala usaha diperbesar dengan memakai lahan sendiri atau menyewa lahan, bagaimana sebaiknya perhitungan bisnisnya dan tentunya proyeksi keuntungannya..?

Dalam berbisnis jamur tiram putih, kita harus menentukan dulu skala bisnis yang akan kita lakukan. Untuk skala coba-coba dan hanya mencari tambahan saja, mungkin 500-3000 baglog, tetapi jika sudah diatas 4000baglog, sudah bisa dikatakan sebagai skala bisnis. Apalagi yang sudah mengusahakan hingga 10.000baglog.

Jika kita akan menjalankan bisnis dengan membayar orang untuk perawatan, menurut pengalaman kami layak jika skala bisnisnya sudah diatas 5000baglog. Jika di bawah itu, sebenarnya masih mampu dikerjakan sendiri dan tidak terlalu merepotkan. Anggap saja seperti kita berkebun di belakang rumah.

Langkah-langkah berbisnis jamur tiram putih :

1. Menyiapkan lahan yang ada dan membangun kumbung
Rencana skala bisnis jamur tiram yang ada berkaitan dengan luasan lahan yang kita miliki. Kami memiliki sebuah rumusan untuk menentukan luas kumbung efektif yaitu :
luas efektif kumbung adalah jumlah baglog per m2 = 70
angka 70 baglog/m2 ini adalah jumlah efektif baglog per luasan sehingga didapatkan sirkulasi udara yang cukup bagi jamur untuk tumbuh secara optimal.

Ini hasil pengalaman dan pengamatan selama 3 tahun pada 4 kumbung yang berbeda

Jika diterapkan sebagai berikut :
berbisnis 1000 baglog memerlukan luas = 1000/70 = 14,3 m2

berbisnis 2000 baglog memerlukan luas = 2000/70 = 28,6 m2
berbisnis 3000 baglog memerlukan luas = 3000/70 = 43 m2
berbisnis 4000 baglog memerlukan luas = 4000/70 = 57 m2
berbisnis 5000 baglog memerlukan luas = 5000/70 = 71 m2

Bagaimana pengaturannya..?
1000 baglog di lahan 14,3 m2 kira-kira 3x5 m2
utk panen kira2: 3 - 5kg/hari
2000 baglog di lahan 28,6 m2 kira-kira 4x7 m2
utk panen kira2: 6 - 10kg/hari
3000 baglog di lahan 43 m2 kira-kira 5x9 m2
utk panen kira2: 9 - 15kg/hari
4000 baglog di lahan 57 m2 kira-kira 6x10 m2
utk panen kira2: 12 - 20kg/hari
5000 baglog di lahan 71 m2 kira-kira 6x12 m2
utk panen kira2: 15 - 25kg/hari
dan seterusnya bisa di desain dan diukur sendiri sesuai dengan lahan yang dimiliki.

Catatan :
hasil panen tersebut adalah hasil optimal di 70 hari awal.

Jika bisnis ini kita jalankan hanya untuk selingan dan tambahan saja, maka hingga sejumlah 3000 baglog perawatan dan panen masih sanggup untuk dilakukan sendiri. InsyaALLAH perawatan per hari hanya memakan waktu hingga 3 jam saja. Itu sudah maksimal banget.. jika panen hanya 5kg an, malah mungkin hanya makan waktu setengah jam..

Untuk itu kita tidak perlu membayar orang untuk melakukan perawatan. Sehingga semua hasil keuntungan bisa diterima.

Proyeksinya sebagai berikut :
Jika kita merawat 3000 baglog
Modal (hingga tertata dan dibuang) Rp.2100/baglog x 3000 = Rp.6.300.000,-
Target hasil panen = 0,4x3000 = 1200kg (selama 4 bulan)
Hasil total dengan harga jual Rp.7000/kg = Rp.8.400.000,-
Jadi keuntungan yang diterima adalah = Rp.2.100.000,-
Keuntungan bisa bertambah jika harga jual bisa 8000/kg atau malah 10.000/kg

2. Menyiapkan baglog
Untuk skala bisnis hingga 10.000baglog, kami masih menyarankan sebaiknya baglog beli saja. Harga baglog dan pembeliannya bisa dibaca di posting kami sebagai berikut :

Tips membeli baglog

Tetapi jika ingin membuat baglog, itu juga sangat baik, karena tentunya bisa memastikan jadual pengisian kumbung sendiri dari hasil produksi baglog kita. Bahkan kita bisa menjual baglog jika kumbung sudah terisi..

3. Melakukan perawatan dan penjualan.
Sudah.. itu aja..simpel khan.., tapi memang pada prakteknya ngga se simpel itu.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis jamur tiram antara lain :

a. Pastikan dahulu pemasaran jamur tiramnya dan tentunya harga jualnya. Usahakan semua hasil panen bisa terjual sehingga perhitungan bisnis bisa benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.
b. Untuk memastikan pemasaran, bisa bekerja sama dengan sistem plasma, atau mengusahakan pemasaran sendiri dengan bekerja sama dengan pedagang. Catatan saja, jangan sekali-kali bergantung pada satu pedagang, karena jika sangat tergantung, resiko usaha sangat tinggi apabila pedagang tersebut sewaktu-waktu tidak mengambil jamur kita. Sebaiknya minimal kita memiliki kerja sama dengan 2-3 pedagang.
c. Jika kita menyewa lahan dan membangun kumbung, pastikan jadual pengisian kumbung dengan ketat. Karena jika pengisian baglog di dalam kumbung terlambat, kita bisa rugi di akhir masa sewa..
d. Buat semacam perjanjian kerja dengan pembuat baglog sehingga jadual bisa selalu ditepati.
e. Lakukan perawatan dengan baik. Karena perawatan yang baik menentukan hasilnya..

Proyeksi bisnis jamur tiram putih :
Skala bisnis 8000 baglog

Modal untuk baglog :
Sistem : Membeli baglog dengan harga dasar Rp.1800/baglog
Transportasi dan penataan serta biaya bongkar = Rp.300/baglog
Biaya baglog = Rp.2100/baglog
Total modal untuk baglog = Rp.16.800.000,- per musin

Modal untuk lahan dan kumbung :
Lahan sewa dengan biaya Rp.1.000.000/tahun
untuk masa sewa 3 tahun
Luas kumbung = 8000/70 = 114m2 direncana ukuran 7x15m2
BiayaRp.120.000/m2. Sehingga biaya buat kumbung 114xRp.120.000 = Rp.13.680.000,-
Total modal untuk lahan dan kumbung = Rp.13.680.000,-

Dengan sistem sewa, kita harus menentukan jadual pengisian kumbung dengan ketat. jika masa produksi jamur tiram adalah 120 hari (4bulan) kita harus membeli baglog yang sudah siap tumbuh, atau paling tidak sudah memiliki miselium lebih dari 50%. Dengan toleransi keterlambatan, paling tidak maksimal 5 bulan per musim.

Jadi dalam 3 tahun kita mendapatkan = 36/5 = 7,2 atau 7 musim tanam.

Mari kita analisa keuntungan per musim
Misalnya biaya perawatan kumbung = Rp.600.000/bulan, dengan perawatan 4 bulan,
total biaya perawatan adalah Rp.2.400.000,-
Biaya pembelian baglog = Rp.16.800.000,-
Jadi total biaya per musim = Rp.19.200.000,-

Target panen = 0,4kg/baglog jadi dengan 8000baglog targetnya = 3200kg

Harga jual jamur dasar = Rp.7000,-
Total hasil penjualan = Rp.22.400.000,-
Keuntungan bersih = Rp.3.200.000,-

JUMLAH MUSIM TOTAL = 7 musim
Keuntungan = 7xRp.3.200.000 = Rp.22.400.000
Dikurangi modal sewa lahan dan pembuatan kumbung = Rp.13.680.000,-
Keuntungan bersih dalam 3 tahun = Rp.22.400.000 - Rp.13.680.000 = Rp.8.720.000

Catatan :
Dari analisa sederhana tanpa memperhatikan perhitungan ekonomi yang rumit itu, ada beberapa hal yang bisa disimpulkan disini :

1. Jika menggunakan lahan sewa lalu membangun kumbung, ternyata keuntungan yang didapat tidak terlalu tinggi. Itulah kenapa kami sangat menyarankan agar mempertimbangkan kembali jika HARGA BAGLOG DIATAS Rp.2000/LOG, dan harga jual jamur DIBAWAH Rp.7000/kg. Itulah juga yang menyebabkan kami mematok harga minimal jamur tiram putih segar di angka Rp.8000/kg. Jika dihitunga ulang, dengan harga jual jamur Rp.8000/kg, keuntungan bersih dalam 3 tahun bisa mencapai Rp.31.120.000, WOW hanya dengan selisih Rp.1000/kg, jumlah peningkatannya sangat tinggi..

2. Harga jamur Rp.7000/kg dari perhitungan itu ternyata bisa dikatakan hanya merupakan harga BEP saja. Jadi bisnis yang sebenarnya bisa menguntungkan jika menggunakan lahan sendiri (bukan sewa) dan bisa secara kontinu menjalankan bisnis ini.

3. Yang lebih direkomendasikan adalah dengan sistem menyewa kumbung per musim karena akan lebih murah. Dari perhitungan tadi, biaya sewa lahan dan kumbung adlaah, Rp.13.680.000,- dengan 7musim, jadi biaya per musim adalah = Rp.1.954.286,-. Jika kita bisa mendapatkan kumbung dengan sistem sewa seharga per musim di bawah itu, tentu akan lebih menguntungkan.

4. Dengan tingkat keuntungan yang sedikit dibanding pembuatan kumbung, dapat dimengerti jika sebagian pebudidaya beralih dari hanya JUAL JAMUR menjadi JUAL BAGLOG juga.. karena jual baglog itu memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

5. Hati-hati benar dengan pihak yang mengadakan kerjasama dengan tingkat keuntungan tinggi. Kecuali memang pihak tersebut menguasai pemasaran jamur tiram dengan harga jual tinggi pula. Dan berbudidaya di lahan sendiri. Karena kami sering di curhati sama teman2 yang merasa kapok bisnis jamur tiram sebab kog rugi, atau keuntungannya tidak seperti yang dibanyangkan..
harapan kami posting ini bisa sedikit memberikan gambaran.., maaf bahasannya ga karuan, maklum orang teknik, ga bisa nulis yang bagus.. hehe

dan yang pastinya... agar tidak rugi, sering-sering buka blog kami untuk mengikuti perkembangan tips-tips terbaru.. hehe

Berbisnis jamur tiram dgn modal terbatas

Seringkali jika ingin terjun dalam usaha/bisnis apapun, kita terganjal dengan masalah permodalan. Demikian juga dengan bisnis jamur tiram putih ini. Modal yang dibutuhkan untuk bisnis pada awalnya jika langsung membangun kumbung sendiri (bukan sistem sewa) memang cukup besar. Misalnya saja jika kita ingin berbisnis di skala 10.000 baglog, maka untuk pembuatan kumbung saja memerlukan dana sekitar 15juta an.. Lalu bagaimana dengan modal untuk pengisian baglognya? Jika harga baglog plus plu transport dan penataan Rp.2000/log, maka masih dibutuhkan dana lagi sekitar 20juta.. Berarti dana awal yang disiapkan mencapai 35 juta..

Lalu bagaimana jika dana awal kita tidak mencapai angka itu..? Mari kita bahas beberapa tips nya agar tetap bisa menjalankan bisnis ini dengan modal terbatas.

Gunakan penjadualan dengan sistem 2 kumbung. Sistem ini sangat memungkinkan dijalankan jika kita disiplin, ketat, dan rapi dalam melakukan manajemen keuangan dan manajemen pengisian kumbung.

Dalam beberapa tips terdahulu pernah kami jelaskan bahwa, jika ingin berbisnis dengan 10.000 baglog, sebaiknya, kita tidak langsung membuat kumbung dengan kapasitas sebesar itu. Tetapi dengan split/membagi menjadi 2 kumbung dengan kapasitas masing-masing 5000baglog, atau jika lahan masih memungkinkan, dibuat 6000an baglog. Perletakan kumbung disarankan jangan bersebelahan, namun memanjang atau zig zag, agar masing-masing kumbung memperoleh sirkulasi udara yang sama. Toh biaya pembuatan kumbung 10.000 dengan 2 kumbung 5000an baglog akan menghabiskan dana yang hampir sama.
Di sini, untuk modal pembuatan kumbung mutlak diperlukan dana yang 15juta an tadi.., lalu bagaimana dengan modal pembelian baglog dengan kapasitas 10.000 tadi?
Dengan membagi dua kumbung, kita hanya memerlukan dana untuk pembelian baglog dengan kapasitas 5000 baglog saja atau senilai 10juta. Lalu rawat dengan baik. InsyaALLAH menurut pengalaman kami selama ini, progres hasil panen jamur dalam 60 hari telah mencapai 60% an dari target panennya.., itu artinya dana penjualan hasil panen di 60 hari awal dari kumbung1 bisa untuk modal pengisian kumbung2. Jadi jarak pengisiannya adalah 1,5-2bulan. Lakukan perjanjian kerja dengan memberi DP dan pelunasan sebelum waktunya agar produsen baglog bisa menjadualkan tepat pada waktunya. Nah selanjutnya demikian juga ketika kumbung1 sudah waktunya diganti baglog, gunakan hasil panen dari kumbung 2 untuk modal pengisiannya... dan seterusnya...


Dengan sistem ini, kita dapat menjalankan bisnis 10.000 baglog hanya dengan modal 5000 baglog. Menarik bukan? Dalam dunia bisnis, dana mengendap adalah sesuatu yang 'diharamkan'. Dana itu diharapkan selalu berputar dan berdaya guna. Jika kita hanya membangun satu kumbung kapasitas 10.000baglog.., dari hasil panen 60 hari awal dana pembelian baglog sudah bisa kembali, lalu dana tersebut akan 'menganggur' selama 2-3 bulan sebelum bisa dibelikan baglog lagi. Jika dibelikan baglog juga ngga bisa ditaruh di dalam kumbung, karena masih ada baglog yang berproduksi.. ya khan..??

Berikut simulasinya :

Modal = 10juta untuk membeli baglog sejumlah 5000..
Target panen = 0,4kg x 5000 = 2000kg..

Progress panen dalam 60 hari = sudah mencapai 1200kg (kurang lebih 60% dari target panen), dengan harga jual Rp.7000/kg, maka telah didapatkan dana sebesar = 1200kg x 7rb = Rp.8.400.000, dana ini bisa sebagai DP untuk memesan baglog untuk diisikan di kumbung 2, yang dilunasi setelah diisikan seluruhnya.. Tentunya menggunakan dana dari hasil panen jamur kumbung1.

Catatan : jika bisa menjual dengan harga lebih, katakan Rp.8000/kg, maka untuk pembelian baglog, malah bisa langsung dilunasi agar bisa tepat waktu pengisiannya.

Nanti, saat kumbung2 juga berproduksi selama 60hari, saat itu juga bertepatan dengan waktu penggantian baglog pada kumbung1, dana hasil panen kumbung2 ditambah tentunya hasil dari kumbung1 sendiri, bisa langsung digunakan untuk membeli baglog pada kumbung1.

Syarat jika memakai sistem ini adalah :

  1. Kita harus disiplin dan sangat ketat menentukan jadual pengisian kumbung agar tepat waktu dan tidak terlambat
  2. Harus ada semacam perjanjian kerja dengan produsen baglog agar pengisian kumbung bisa tepat waktu..
  3. Memiliki manajemen keuangan yang baik agar dana tidak tercecer di mana-mana (ini kelemahan utama petani)
  4. Baglog yang diisikan di kumbung sebaiknya sudah memiliki miselium sekitar 40% atau 50%..
  5. Perawatan kumbung harus optimal agar semua hasil panen bisa sesuai target yang diharapkan..
  6. Berdoa, keluarkan zakatnya, dan tawakkal kepada ALLAH SWT yang banyak.., karena disinilah kekuatan bisnis manapun juga terutama dalam bisnis agro dan pertanian. AMIEN YA ROBBAL ALAMIN...

YANG LEBIH MENGUNTUNGKAN, MENJUAL BAGLOG APA MENJUAL JAMUR....? AYOOOOO IKUTI.... SAYA

Bagi yang sudah mampu memproduksi baglog jamur tiram akan menjadi keuntungan ganda. Bisa menjual baglog bisa juga tetap memproduksi baglog untuk kemudian menjual jamur tiramnya. Ini menjadi pilihan baginya.
Kenapa..?? Tanya kenapa..??
Lha iya tho.., dua bisnis ini bisa berjalan bersama, tapi juga bisa dipilih salah satunya, dan masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Mari kita bahas masing-masing, ini sok tahu saya aja lho yaa..:
Untuk yang memilih menjual baglog..:
Ini layak untuk pebudidaya yang mampu mengefisienkan biaya produksi semaksimal mungkin. Jika biaya produksi baglog sudah mencapai hanya Rp.1000,- atau Rp.1300,- per baglog, maka pebudidaya akan layak untuk berbisnis dengan menjual baglog.
Tetapi yang perlu diperhatikan adalah kualitas baglog dan juga kemampuan untuk memenuhi pelanggan baglog tiram putih sesuai jadual.
Kenapa jadual..?? Karena bagi yang berbisnis jamur tiram dengan membeli baglog, jadual (waktu) adalah pokok penting yang harus terpenuhi. Jika pemesanan baglog terlambat dari jadual, maka produksi mereka bisa mundur juga, ini beresiko tinggi karena bisa-bisa ditinggal oleh pelanggan jamurnya dan hitungan untuk break efen poin bisa ikut mundur.
Selain itu resiko tidak tumbuh baglog juga harus diperhatikan. Karena ini merupakan "tanggungan" dari produsen baglog.
Bagaimana keuntungannya..?
Keuntungan menjual baglog ini adalah keuntungan dapat berputar lebih cepat. Katakan harga jual baglog untuk wilayah kami sekitar Rp.1800/baglog, berarti jika biaya produksi sekitar Rp.1300,- ada keuntungan sekitar Rp.500,- per baglog (38,46%). Dan keuntungan ini InsyaALLAH dapat langsung didapat dalam 1 bulan ketika miselium sudah jalan sekitar kurang lebih 50%-60% untuk siap dijual.
Jadi jika mampu memproduksi 500 baglog saja per hari, berarti dalam 1 bulan (hari kerja normal) dapat memproduksi 13,000 baglog, yang berarti ada keuntungan bersih sekitar 6,5juta an per bulan.
Jika mampu lebih mengefisien kan biaya produksi hingga Rp.1000,- per baglog, keuntungan bisa berlipat hingga 10 juta an per bulan...

Subhanallah..
Sebuah nilai yang layak untuk diusahakan bukan..?
Untuk yang memilih tetap memakai sendiri baglognya dan yang dijual jamurnya
Pilihan ini adalah seperti yang kami ambil. Karena sebenarnya jual baglog, tetap saja produk utama yang dihasilkan adalah jamur tiramnya.
Ini juga karena kami sudah memiliki kumbung yang harus diisi dan memiliki pelanggan tetap jamur tiram yang harus selalu disupport. Pilihan ini sejatinya juga lebih banyak ber muamalah dengan orang. Contoh saja: kami selalu berhubungan dengan tenaga kerja yang membuat baglog, tenaga kerja yang merawat kumbung, tenaga kerja yang mengatur operasional, pelanggan yang bersifat reseller, pelanggan langsung, dan lain-lain. Istilahnya, silaturahimnya lebih buanyak gitu..
Jadi InsyaALLAH jika ikhlas ya pahalanya lebih banyak, tetapi jika ada "nakal" nya.., ya dosanya juga lebih.. hehe.
Pilihan ini juga kami ambil karena kami belum mampu meng efisien kan biaya produksi karena berbagai alasan. Seperti, maksimal kami hanya mampu memproduksi 2000 baglog seminggu dengan biaya produksi baglog sekitar Rp.1450,- /baglog.
Bagaimana keuntungannya..?
Katakan kami menjual jamur rata-rata di kisaran Rp. 8500,- dan per baglog mampu menghasilkan rata-rata 0,4kg, berarti nilainya = 0,4 xRp.8500 = Rp.3400,-
Dengan biaya produksi Rp.1450,- keuntungan yang didapat adalah = Rp.3400 - Rp.1450,- = Rp.1950,- atau 134,5% (dalam 4 bulan) atau sekitar 33,6% per bulannya. Hasil keuntungan itu kalau kami masih harus dibagi-bagi secara mudharabah dengan para investor.
Memang keuntungan di sini bersifat fluktuatif, bisa naik jika hasil jamur lebih dan harga jual lebih dari Rp.8500 /kg. Bisa juga turun jika hasil jamur kurang. Ya di situ romantika usahanya..
Kedua gambaran pilihan tadi hanya bersifat kasar saja tanpa memperhatikan banyak hal, namun bisa lah untuk hitung-hitungan awal..

Jika mampu berjalan bersama.. menjual baglog dan menjual jamur juga.. sungguh merupakan keuntungan ganda...
InsyaALLAH...

Jumat, 13 Agustus 2010

TIPS HINDARI KEGAGALAN BUDIDAYA JAMUR

Bagi pemula yang akan mulai mendirikan USAHA BUDIDAYA JAMUR perhatikan TIPS untuk menghindari atau memperkecil kesalahan atau kegagalan di dalam mengerjakan pekerjaan budidaya jamur.

Pada waktu proses membuat media tanam atau baglog (bibit semai) perhatian hal-hal berikut ini : 
  • Bekerja samalah dengan pengusaha penggergajian kayu, pilihlah serbuk kayu bekas gergajian dari jenis kayu yang sama, usahakan jenis kayu lunak. Hindari serbuk gergajian kayu yang tercampur dengan oli atau terkandungan zat kimia berbahaya. Bila serbuk kayu dalam keadaan basah, keringkan terlebih dahulu sebelum dipakai dengan cara dijemur. Catatan : jangan penggunakan serbuk kayu dari jenis kayu yang mengadung zat kimia (misalkan : pohon kayu putih dan pinus ).
  • Penggunaan bahan CaCO3, carilah tepung kapur yang proses pembuatannya adalah batu gamping yang dimasak dengan cara dibakar dan kemudian digiling menjadi tepung, belilah CaCO3 di toko kimia termasuk CaSO4. Tepung kapur yang baik akan terasa hangat pada waktu mengaduk-aduk (mencapur) bahan-bahan lainnya dan pada waktu sesudah pekerjaan pengkomposan akan menimbulkan suhu hangat sekitar 50 C.  
  • Perhatikan pada waktu proses mencampur bahan-bahan dan mengaduk harus  dilakukan berulang-ulang (dibolak balik) agar menyatu menjadi satuan yang benar-benar rata (homogen).
  • Lakukkan pengetesan kadar air dan nilai pH (sekitar 6 - 7) menggunakan pH meter. Oleh karena itu alat pH meter wajib dimiliki. Jamur akan tumbuh dengan baik bila nilai asam / basa sekitar atau diantara 6 - 7.Cara pengetesan lakukkan berulang-ulang (setiap saat) agar mendapatkan nilai yang akurat.
  • Pada waktu pewadahan tumbuklah adukan / adonan tersebut setelah dimasukkan ke dalam kantong plastik. Cara menumbuknya sedang-sedang saja (jangan terlalu padat dan jangan terlalu lembek).
  • Perhatikan pada waktu melakukkan pekerjaan sterilisasi. Tumpuklah baglog / media tanam sedemikian rupa agar tekanan uap air panas merata. Kapasitas tumpuk sesuaikan dengan alat sterilisasi yang dipakai. Bila menggunakan alat yang sederhana (drum 2 bh dibuat menjadi satu dan kantong plastik yang dipakai ukuran 22/35) kapasitas maksimum 420 baglog / media tanam. Jangan lebih dari 450 bh, kegagalan akan terjadi khususnya baglog tumpukan paling atas karena tdk mendapat tekanan uap air panas yang maksimum. Untuk mendapatkan tekanan uap air panas maksimum, perhatikan nyala api, semakin besarnya nyala api semakian mendidih air di dalam drum dan semakin kuat tekanan uap air panasnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan sterilisasi dengan alat sederhana sekitar (minimum) 14 jam - 16 jam.
  • Pada waktu mengerjakan inokulasi (memasukan bibit kedalam baglog / media tanam). Lakukkan setelah baglog / media tanam dalam keadaan dingin. Pekerjaan inokulasi dilakukkan di ruangan tertutup dan harus steril, sebelum bekerja tenaga kerja harus dalam keadaan bersih dan jangan terlalu sering keluar masuk ruangan.
  • Pemakain bibit jamur pergunakan bibit yang benar-benar berkwalitas / teruji mutunya (misalkan proses pembuatan dan turunan bibit benar-benar terukur).
  • Pemindahan bibit dari wadah bibit (botol bibit) kedalam baglog / media tanam harus menggunakan alat yang sdh disteril, jangan menggunakan tangan atau bibit  yang sdh jatuh kelantai jangan dipungut dan dimasukkan kedalam baglog / media tanam.
  • Untuk proses inkubasi (pertumbuhan miselium di dalam baglog / media tanam), tata baglog / media tanam di rak-rak yang sdh disediakan, suhu ruangan kondisinya harus hangat. Periksa baglog / media tanam secara berkala. 
  • Bila kedapatan baglog / media tanam yang digigit tikus, segera tutup bagian yang robek / rusak menggunakan lakban, bila kondisi baglog / media tanam rusak berat akibat digigit tikus, keluarkan dari ruangan inkubasi. Bahan yang ada di dalam kantong plastik dikeluarkan dan dicampur ke adonan / adukan yang baru. 
  • Usahakan untuk proses pertumbuhan miselium di ruangan khusus untuk inkubasi - jangan dicampur di ruangan pertumbuhan jamur. Bila pada proses inkubasi dan mendapatkan baglog ada yang terkontaminasi (warna hijau atau hitam), segera dikeluarkan dari ruangan dan baglog / media tanam dilakukan proses ulang sterilisasi dengan cara disimpan ditumpukan bagian bawah, setelah itu lakukkan sterilisasi, lakukan pendinginan dan lakukan inokulasi (pemberian bibit), bila sdh selesai masukkan kembali keruangan inkubasi.
  • Bila baglog / media tanam yang sdh terselimuti (100 %) miselium, segera pindahkan ke ruangan pertumbuhan jamur (kumbung).

Kamis, 12 Agustus 2010

INFORMASI TENTANG JAMUR


Mengapa budidaya jamur ?
Jamur sebagai makanan yang memiliki nilai nutrisi dan gizi yang tinggi. Memiliki citra rasa yang eksotik dan mewah.
Dapat tumbuh dimana saja asal kondisi sesuai dengan persyaratan. Teknologi budidaya terentang dari yang kompleks dan canggih disertai peralatan jutaan dollar sampai dengan yang sederhana yang dapat dilakukkan oleh tangan ibu-ibu dan anak-anak. Memiliki nilai ekonomi yang masih lumayan dibandingkan dengan usaha agro lainnya.


Persiapan apa yang harus dimiliki ?
Hal-hal yang harus diketahui sebelum terlibat pada usaha budidaya jamur :
Bagaimana jamur itu tumbuh ?
Mengapa dan bagaimana usaha budidaya jamur ?
Berapa besaran rupiah yang diperlukan untuk modal ?
Pengetahuan dan ketrampilan apa yang harus diketahui ?
Dimana atau kemana untuk dapat memperoleh keterangan-keterangan lebih jauh tentang jamur dan usaha budidaya jamur ?
Jamur di Indonesia.
Data dan informasi perkembangan jamur pangan di Indonesia belum banyak dapat diperoleh, baik tentang besarannya produksi, pemasaran domestik dan pelbagai aspek yang terkait. Gambaran budidaya jamur di Indonesia tercatat :
  • Jamur Merang pertama kali dibudidayakan pada tahun 1935 - 1940. 
  • Jamur Kancing dimulai pada tahun 1968. 
  • Jamur Kuping dimulai pada tahun 1990. 
  • Jamur Tiram dimulai pada tahun 1990. 
  • Jamur Shiitake dimulai pada tahun 1990.
Pengembang jamur di Indonesia dilakukkan oleh 2 pemeran utama yaitu :
  1. Perusahaan besar dengan inventasi disertai penerapan teknologi modern, umumnya budidaya untuk jenis jamur tertentu dengan tujuan eksport.
  2. Para UKM jamur serta para pembudidaya tradisional yang dapat berkembang untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan domestik.
Sejarah Budidaya.
Pada awalnya pemenuhan kebutuhan manusia terhadap jamur konsumsi hanya mengandalkan kemurahan alam. Dengan cara seperti ini, jumlah jamur yang didapat sangat terbatas dan hanya pada musim tertentu bisa diperoleh.
Di Indonesia jamur hanya tumbuh secara alami pada musim hujan. 

Insiatif membudidayakan jamur konsumsi dilakukkan saat kebutuhannya terus meningkat, sedangkan persediaan di alam semakin terbatas.  Berkat pengamatan dan ketelitian mempelajari cara hidupnya, manusia berhasil membudidayakan jamur konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat setiap saat.

Kegiatan pembudidayaan jamur konsumsi menciptakan sebuah pekerjaan baru dibidang pertanian yang selama ini belum dikenal dimasyarakat petani di Indonesia. 
Membudidayakan jamur konsumsi, khususnya jamur kuping, tiram dan jamur merang, mendatangkan keuntungan yang sangat menggiurkan baik dilakukkan dalam skala kecil maupun besar. 
Hal ini tidak terlepas dari tingginya permintaan dan nilai jual ketiga jamur tersebut. Selain itu, budidaya jamur kuping, tiram dan merang memiliki beberapa keuntungan komparatif dibandingkan dengan budidaya tanaman sayur komersil lainnya. Keuntungan itu meliputi aspek ketersediaan bibit, media tanam, lokasi dan luas lahan untuk pembudidayaan, serta harga jual yang tinggi.

PANDUAN UNTUK PEMULA


Usaha Budidaya Jamur - Bagi Pemula

Saran :
Carilah sebanyak mungkin informasi tentang budidaya jamur, baik lewat literatur maupun bertanya pada petani-petani budidaya jamur yang sdh berpengalaman. 

Rancang langkah - langkah kerja baik lokasi / tempat yang akan didirikan usaha budidaya jamur, pengadaan bahan-bahan, tenaga kerja, distribusi penjualan hasil panen jamur maupun distribusi penjualan produksi dan siapkan anggaran untuk biaya promosi atau pengembangan.

Mulailah dari skala yang terkecil sesuai dengan kemampuan, tujuannya adalah pengenalan tata kerja usaha budidaya jamur, bila sudah mengetahui / sudah paham betul baru usaha tersebut dikembangkan, hal ini harus diperhatikan agar anda tidak merasa rugi jika banyak mendapatkan kendala-kendala diluar dugaan kecuali jika anda mempunyai kesabaran dan keyakinan akan usaha budidaya jamur, silahkan saja bila akan dirancang besar-besaran.
Cari tenaga ahli / Konsultan / pembimbingan di dalam proses berdirinya usaha budidaya jamur agar biaya dengan hasil pekerjaan sesuai dengan target / tujuan, silahkan hubungi SUBANDI, HP. 081249912748/0343-6257799, kirim email mimbo.kepoh@gmail.com.
Pilihlah jenis jamur yang mudah untuk dibuat dan mudah dipasarkan atau jamur yang sudah dikenal oleh masyarakat, misalkan jenis jamur tiram putih, jamur kuping dll.

Langkah Pertama
Satu periode awal belajar merawat baglog / media tanam sampai tumbuh dan dipasarkan. Siapkan modal awal ( nilai disini relatif tergantung kapasitas ), kami beri contoh modal awal sekitar sekitar Rp 12.000.000,- untuk digunakan membangun rumah pertumbuhan jamur, 3x6m pembelian baglog / media tanam yg siap tumbuh jamur, peralatan perawatan baglog / media tanam dan biaya operasional.
Bangunlah rumah pertumbuhan jamur dari bahan yg sangat sederhana dan mudah didapat, awet / tahan lama, misalkan ukuran 3 m x 6 m. Order baglog / media tanam yg siap tumbuh jamur dengan jumlah / kapasitas 3.000 baglog pada petani yang sudah teruji kwalitas baglog / media tanamnya, bila berminat hub SUBANDI, di Hp. 081249912748/0343-6257799, kirim email mimbo.kepoh@gmail.com.
Pelajaran yang akan anda dapat adalah tata cara membangun rumah pertumbuhan jamur, tata cara membeli / order baglog yg berkwalitas, menata baglog didalam kumbung, tata cara merawat baglog sampai panen jamur dan membentuk jaringan penjualan hasil panen jamur.

Langkah Kedua
Mulai belajar membuat baglog / media tanam sendiri, siapkan tempat kerja, alat-alat kerja, tenaga kerja dan bahan-bahan. Yang sangat penting didalam persoalan ini adalah masalah pengadaan atau pembelian BIBIT JAMUR YANG BERKWALITAS dan sudah teruji, bila berminat silahkan Hubungi SUBANDI di Hp. 081249912748/0343-6257799, kirim email mimbo.kepoh@gmail.com.
Dengan dikembangkannya usaha budidaya jamur, maka modal pun bertambah, usaha cari modal yang ringan / kalau bisa milik sendiri / bekerja sama dengan pihak yang misi dan visinya sama alasannya tahap disini adalah awal perintisan usaha.

Langkah Selanjutnya
Silahkan anda perbesar usaha budidaya jamur atau anda akan membuka bentuk usaha lainnya yang terkait dengan jamur, misalkan usaha pembuatan makanan dari bahan dasar jamur ( makanan basah atau makanan kering ).

ORDER

Jika Berminat Kontak dengan SUBANDI di No. HP 081249912748 / 0343-6257799 atau kirim email : mimbo.kepoh@gmail.com